Ekonomi teknik bab 3,4,5

3.1.   Inflasi Harga Umum
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
3.2.   Terminologi dan konsep-konsep Dasar
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).[butuh rujukan] Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan di mana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment di mana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, di mana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
3.3.   Inflasi dan Deflasi harga
Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan nilai uang dalam negeri sedangkan Deflasi adalah suatu keadaan dimana terdapat peristiwa- peristiwa penurunan harga barang umum secara terus menerus atau terjadi peningkatan nilai uang.
Penyebapnyapun berbeda jika inflasi disebap kan karena Tarikan permintaan ataupun desakan biaya produksi sedangkan deflasi di sebapkan karena Menurunnya persediaan uang yang ada di masyarakat, meningkatnya persediaan barang, menurunnya permintaan barang dan naiknya permintaan akan uang.
Dampak dari inflasi adalah Perekonomian menjadi kacau dan berkurangnya investasi disuatu Negara dan dampak dari deflasi adalah Membuat depresi besar dan membuat pasar investasi kacau
3.4.   Strategi aplikasi
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
Bank sentral melalui kebijakan moneter dapat mengontrol jumlah uang beredar untuk mengendalikan inflasi dengan menggunakan tiga kebijakan moneter utama sebagai berikut. 
       I.            Operasi Pasar Terbuka atau open market operation. Bank sentral membeli dan menjual obligasi negara dengan cara bank sentral mengisntruksikan para pialang obligasi untuk membeli dari publik di pasar obligasi nasional. Uang yang dibayarkan bank sentral untuk obligasi tersebut meningkatkan jumlah uang beredar di suatu negara. Untuk mengurangi jumlah uang beredar, pemerintah melakukan hal yang sebaliknya.
    II.            Syarat Cadangan Kas Minimum atau reserve requirements. Bank sentral dapat meningkatkan atau mengurangi syarat cadangan kas minimum yang harus dimiliki oleh bank umum di negaranya. Kenaikan syarat cadangan kas minimum berarti bahwa bank-bank harus memegang lebih banyak cadangan sehingga mengurangi pinjaman dari setiap unit yang disimpan, akibatnya hal tersebut meningkatkan rasio cadangan menurunkan penggandaan uang, dan menurunkan jumlah uang yang beredar. Sebaliknya penurunan syarat cadangan minimum menurunkan rasio cadangan, meningkatkan penggandaan uang, dan meningkatkan jumlah uang yang beredar.
 III.            Tingkat diskonto atau disount rate. Bank sentral melalui regulasinya dapat menaikkan atau menurunkan tingkat bunga pinjaman untuk bank-bank umum di bawahnya. Bank umum meminjam dari bank sentral jika memiliki sedikit cadangan untuk memenuhi persyaratan cadangan, ketika bank sentral memberikan pinjaman kepada bank umum tersebut, sistem perbankan memiliki lebih banyak cadangandibandingkan dengan yang seharusnya sehingga cadangan tambahan ini memungkinkan sistem perbankan menciptakan lebih banyak uang. Semakin tinggi tingkat diskonto yang ditetapkan bank sentral terhadap bank umum, maka semakin enggan bank meminjam cadangan dari bank sentral. Oleh karena itu, kenaikan tingkat diskonto mengurangi cadangan dalam sistem perbankan yang kemudian mengurangi jumlah uang beredar.

3.5.   Konsep Kurs Mata Uang dan Daya Beli
Nilai tukar (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.
Dalam sistem pertukaran dinyatakan oleh yang pernyataan besaran jumlah unit yaitu "mata uang" (atau "harga mata uang" atau "sarian mata uang") yang dapat dibeli dari 1 penggalan "unit mata uang" (disebut pula sebagai "dasar mata uang"). sebagai contoh, dalam penggalan disebutkan bahwa kurs EUR-USD adalah 1,4320 (1,4320 USD per EUR) yang berarti bahwa penggalan mata uang adalah dalam USD dengan penggunaan penggalan nilai dasar tukar mata uang adalah EUR
menurut Dr. Supawi pawengan adalah kemampuan masyarakat sebagai konsumen untuk membeli barang atau jasa yang dibutuhkan. daya beli masyarakat ini ditandai dengan meningkat ataupun menurun, dimana daya beli meningkat jika lebih tinggi dibanding periode lalu sedangkan daya beli menurun ditandai dengan lebih tingginya kemampuan beli masyarakat dari pada periode sebelumnya.

factor yang mempengaruhi daya beli masyarakat
berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya beli masyarakat antara lain yaitu :
1.      Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran yang telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi pendapatan seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka ragam kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebaliknya.
2. Tingkat Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Contohnya seorang sarjana lebih membutuhkan computer dibandingkan seseorang lulusan sekolah dasar.
3. Tingkat Kebutuhan
Kebutuhan setiap orang berbbeda-beda. Seseorang yang tinggal di kota daya belinya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggal di desa.
4. Kebiasaan Masyarakat
Di zaman yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam masyarakat. Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli b arang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah meningkatkan kesejahteraan hidup.
5. Harga Barang
Jika harga barang naik maka daya beli konsumen cenderung menurun sedangkan jika harga barang dan jasa turun maka daya beli konsumen akan naik. Hal ini sesuai dengan hokum permintaan.
6. Mode
Barang-barang yang baru menjadi mode dalam masyarakat biasanya akan laku keras di pasar sehingga konsumsi bertambah. Dengan demikian mode dapat mempengaruhi konsumsi.


4.1.   Definisi resiko,ketidak pastian dan sensitivitas
Risiko ekonomi (economic risk) adalah kemungkinan bahwa suatu peristiwa, termasuk salah urus ekonomi, akan menyebabkan perubahan drastis dalam lingkungan bisnis suatu negara yang mempengaruhi keuntungan dan tujuan perusahaan lainnya.
Ketidakpastian adalah suatu  yang di ciptakan oleh adanya risiko sementara sensitifitas adalah analisis akhir dalam pengambilan keputusan dengan adanya resiko tersebut
Tahapan analisis ekonomi teknik :
1. Definisikan masalah dan tujuannya
2. Mengumpulkan informasi yang relevan terkait kasus yang sedang dipelajari
3. Memunculkan alternatif-alternatif
4. Evaluasi masing-masing alternative
5. Penentuan alternatif terbaik dengan beberapa kriteria
6. Menerapkan hasilnya dan memantau kerjanya
Namun demikian keputusan-keputusan yang diambil (sekalipumn dengan berbagai prediksi yang masuk akal) terkadang terdapat juga perbedaan terhadap kenyataan yang lebih dikenal Risiko. Dalam pengambilan keputasannya yang berdasar faktor-faktor (parameter) tertentu yang tdak diketahui dengan pasti mengharuskan kita menganalisa sebesar-besar pengaruh faktor-faktor tersebut saling mempengaruhinya, yang dikenal analisis Sensitivitas.

4.2.   Sumber sumber ketidakpastian
Sumber-sumber ketidakpastian:
1.      Kemungkinan ketidak akuratan estimasi yang digunakan dalam analisis
2.      Jenis bisnis yang berkaitan dengan kesehatan perekonomian masa depan
3.      Jenis fisik bangunan dan peralatan yang digunakan
4.      Lama (waktu)periode yang diasumsikan

4.3.   Metode nonprobalitik dalam mengatasi ketidakpastian
1.      Teknik Optimasi
Manusia terlahir sebagai mahluk yang tak pernah puas. Manusia memiliki sejumlah besar kebutuhan dan lebih banyak lagi keinginan. Disisi lain, sumber daya ekonomi sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan manusia relatif langka. Dua hal ini memberikan latar belakang yang kontradiktif dan mengharuskan manusia memilih. Maka manusia selaku homoekonomicus akan senantiasa berupaya menetapkan pilihan yang terbaik sebagai solusi optimal yang dapat dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang nyaris tanpa batas itu. Lalu, apa dan bagaimanakah alternatif pilihan yang optimal itu? Apakah konsep maksimalisasi sama dengan optimalisasi?. Dari aspek Manajerial, pilihan yang optimal merupakan solusi yang efektif dan efisien. Secara harpiah, kata efektif dapat dipadankan dengan kata berdaya guna, sedangkan efisien lebih bersesuaian makna dengan kata berhasil guna. Pilihan yang efektif merujuk pada alternatif proses produksi untuk mencapai output maksimal pada level penggunaan input yang sudah ditetapkan besarannya, sementara pilihan yang efisien merujuk kepada alternatif proses produk untuk mencapai besaran out put tertentu dengan penggunaan input minimal. Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi mencakup terminologi maksimalisasi output dan minimalisasi input atau biaya. Pemahaman atas solusi optimal ini dapat diterapkan baik pada kajian tentang perilaku produksi maupun prilaku konsumsi.
2.      Teknik Analisis Resiko
Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan / aktivitas yang dilakukan manusia, termasuk aktivitas proyek pembangunan dan proyek konstyruksi. Karena dalam setiap kegiatan, seperti kegiatan konstruksi, pasti ada berbagai ketidakpastian (uncertainty). Faktor ketidakpastian inilah yang akhirnya menyebabkan timbulnya risiko pada suatu kegiatan
3.      Teknik Pendugaan/Peramalan
Tujuan dari peramalan ekonomi adalah untuk mengurangi resiko atau ketidak pastian yang dihadapi suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan operasional jangka pendeknya dan dalam merencanakan pertumbuhan jangka panjangnya. Teknik peramalan bervariasi dari yang sederhana dan tidak mahal hingga yang canggih tetapi mahal. Dengan mempertimbangkan semua keuntungan dan batasan dari berbagai macam teknik ramalan tersebut, manajer dapat memilih metode atau kombinasi dari metode yang paling cocok dengan perusahaannya. Peramalan kualitatif dalam didasari oleh survei terhadap rencana para eksekutif bisnis untuk rencana pengeluaran pembangunan dan peralatan, perubahan inventori, dan harapan penjualan, serta survei terhadap rencana pengeluaran konsumen. Ramalan penjualan dapat didasari oleh jajak pendapat terhadap eksekutif perusahaan, tenaga penjual, dan konsumen perusahaan biasanya meminta pandangan dari pejabat luar negeri atau orang-orang bisnis.
Salah satu metode peramalan yang paling sering digunakan adalah analisis deret waktu. Data deret waktu biasanya berfluktuasi karena adanya tren sekuler, fluktuasi siklis, variasi musiman, dan pengaruh acak atau tak beraturan. Bentuk yang paling sederhana dari analisis deret waktu adalah proyeksi tren. Suatu tren yang linear mengasumsikan perubahan absolut yang konstan dalam jumlah tertentu setiap periodenya. Kadang eksponensial (menunjukan persentasi perubahan yang konstan setiap periodenya) lebih cocok dengan data yang ada dengan memperhatikan variasi musiman, kita dapat meningkatkan ramalan tren secara lebih signifikan.
Peramalan secara meningkat dapat menggunakan metode ekonometrik. Model ini bertujuan menerangkan hubungan yang akan diramal dan penting untuk menentukan kebijakan yang optimal. Model peramalan ekonometrik sering menggabungkan teknik peramalan yang lain dan berkisar antara model persamaan tunggal dari penjualan perusahaan hingga sesuatu yang lebih besar, model persamaan makro berganda tentang keseluruhan perekonomian. Ramalan dengan model persamaan tunggal dapat melibatkan pensubstitusian ke dalam persamaan permintaan, nilai-nilai variabel penjelas atau bebas hasil prediksi untuk periode yang akan diramalkan dan memecahkan nilai ramalan dari variabel terikat. Dalam model persamaan berganda, nilai estimasi dari variabel eksogen (yang ditentukan di luar sistem) harus di substitusikan ke dalam model yang diestimasi untuk menghasilkan ramalan bagi variabel endogen.
Perusahaan dapat juga meramal penjualan dengan menggunakan tabel input output. Tabel input output menguji ketergantungan diantara berbagai industri dan sektor dalam perekonomian. Hal tersebut menunjukan penggunaan output setiap industri dan input industri lainnya dan untuk konsumsi akhir, dengan demikian kita dapat menggunakannya untuk meramal. Peramalan input output sekarang sudah tidak populer dan tidak digunakan lagi oleh perusahaan saat ini.
4.4.   Analisis Titik Impas
Break event point atau titik impas adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
1.      Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba
2.      Struktur biaya tetap dan variable
3.      Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap
4.      Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi
Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan
·         harga jual persatuan,
·         produksi minimal,
·         pendesainan produk, dan lainnya

Dalam penentuan titik impas  perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:
·         Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode
·         Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan
·         Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variable.
4.5.   Analisis Sensitifitas
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan.



Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.


Contoh:
- Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan









Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:


1.
Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan-baku, produksi, dsb.


2.
Penurunan produktivitas


3.
Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek


Setelah melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek: pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan.









Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, B/C ratio, dan payback period pada beberapa skenario perubahan yang mungkin terjadi.
Mudah dilakukan dalam software spreadsheet.
4.6.   Analisis sebuah usulan Investasi Proyek
Pada musim investasi seperti ini perlu ada pertimbangan dalam usulan investasi, dalam hal ini perlu memperhatikan metode-metode yang telah ada agar bisa bersaing dengan investor yang lain, ketatnya persaingan dalam pasar modal perlu di siasati para investor yang ingin berinvestasi. NPV, IRR, dan PI merupakan metode terbaik. Ketiganya memperhatikan aliran kas, memperhatikan nilai waktu uang dan semua aliran kas diperhitungkan. Pada kondisi normal ketiga metode tersebut akan menghasilkan kesimpulan yang konsisten satu sama lain. Jika terjadi konflik, NPV yang biasaya dipakai  investasi alternative lain akan menggunakan IRR atau IP untuk aliran kas tambahan atau MIRR. Dengan mengedepankan metode-metode yang ada  para investor bisa mendapatkan keuntungan yang pasti di harapkan para investor dalam menenamkan modalnya.
4.7.   Estimasi Optimis pesimistis
Asumsi yang digunakan dalam metode PERT adalah bahwa lama waktu semua
kegiatan tidak tergantung satu sama lain. Penentuan lama waktu penyelesaian suatu
proyek dengan PERT dilakukan dengan menentukan waktu yang paling pesimis (terlama)
dan optimis (tercepat) untuk setiap kegiatan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpastian
penyelesaian suatu kegiatan ini dinyatakan dalam suatu varians. Semakin kecil varians
menunjukan semakin pasti suatu kegiatan dapat diselesaikan. Apabila jaringan sudah
sedemikian besar, penentuan lama penyelesaian suatu proyek dapat dilakukan melalui
proses foward pass dan backward pass.
Ada dua macam estimasi, baik untuk waktu maupun biaya, yang dilakukan di
dalam metode CPM, yaitu estimasi normal dan estimasi crash. Perhitungan kedua jenis
estimasi dimaksudkan untuk menemukan kegiatan-kegiatan pada jalur kritis dimana
waktu dapat dipercepat dengan pengeluaran paling minimum. Dengan cara ini, efisiensi
penyelesian proyek dapat dicapai dalam hal waktu maupun biaya.
Metode PERT/Biaya dapat diterapkan untuk mencapai tujuan pengendalian biaya.
Adapun tujuan akhir dari PERT/Biaya adalah untuk memberikan informasi yang dapat
digunakan untuk mempertahankan biaya proyek dalam anggaran tertentu. Informasi ini
berupa status suatu kegiatan apakah overrun atau underrun. Dengan informasi ini dapat
ditetapkan suatu aksi korektif terhadap kegiatan dalam rangka mempertahankan biaya
proyek.

4.8.   Tingkat MARR yang Merpentimbangkan Resiko
MARR adalah tingkat suku bunga pengebalian minimum yang menarik , di mana tingkat suku bunga tersebut akan dijadikan dasar atau indikator keputusan manajemen sehubunga dengan pemilihan alternatif-alternatif biaya (cost alternatives), manfaat (benefit alternatives) atau kelayakan suatu investasi (feasibility study), Penentuan MARR harus mempertimbangkan beberapa hal, yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Cost of Capital (Biaya Modal)
Jika sumber biaya investasi adalah dana pinjaman, maka penentuan MARR harus mempertimbangkan faktor biaya modal (tingkat suku bunga pinjaman ditambah dengan faktor-faktor resiko investasi). Karena return dari investasi yang dilakukan minimal harus menutupi biaya modal yang digunakan. Selain itu jumlah uang yang tersedia, dan sumber biaya dari mana dana tersebut diadakan (equity atau debt financing) perlu dipertimbangkan pula.
Misalnya TELKOM akan membangun jaringan transport nasional yang berbasis teknologi ATM dengan modal investasi berupa pinjaman kredit dari sebuah Bank dengan tingkat bunga 60%/tahun, maka investasi yang dilakukan dikatakan layak jika memberikan return sama atau lebih dari 60%/tahun atau proyek investasi tersebut harus menghasilkan Net Present Value (NPV) atau Net Equivalence Uniform Annual Cash Flow (EUAC) positif.


Cost of Opportunity Loss (Biaya Hilangnya Kesempatan)
Lain halnya bila investasi yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri, maka penentuan MARR harus mempertimbangkan biaya hilangnya kesempatan yang tidak diambil karena kita memutuskan atau menjatuhkan pilihan pada alternatif lain.
Misalkan TELKOM tahun 1998 memutuskan untuk investasi senilai Rp. 10 Trilyun dengan modal sendiri, maka investasi tersebut menghilangkan kesempatan TELKOM untuk memperoleh return
pada alternatif investasi lainnya, misalnya membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan suku bunga 70% /tahun ( = Rp. 7 Trilyun /tahun).

Risk Investment
Suatu investasi akan mengandung resiko, berapapun kecilnya resiko tersebut. Besar kecilnya resiko akan sangat tergantung pada kemampuan manajemen (investor) dalam memiliki atau mencari informasi – informasi yang relevan dengan kegiatan investasi yang dilakukan. Semakin sedikit informasi yang dimiliki semakin besar resiko investasi yang harus ditanggung, demikian sebaliknya.

Jenis Organisasi dan Usaha
Suatu organisasi akan memiliki opportunity dan resiko yang berbeda dalam melakukan kegiatan investasi dengan organisasi lainnya. Demikian halnya dengan jenis usaha yang dimasuki. Jenis usaha manufaktur dimungkinkan memiliki tingkat MARR yang berbeda dengan usaha pertanian, perhotelan, dsb. Proyek pememrintah akan memiliki MARR yang berbeda dengan jenis sektor industri yang kompetitif
4.9.   Pemurunan umur proyek
Waktu proyek atau biasa disebut umur proyek merupakan salah satu atribut proyek yang sangat penting dalam manajemen proyek. Kegagalan mengelola waktu proyek akan berakibat pada penyelesaian proyek yang tidak tepat waktu. Penyelesaian waktu proyek yang mundur dan kurangnya pengelolaan waktu proyek tentunya akan berakibat pada membengkaknya berbagai sumber daya proyek, khususnya biaya dan SDM proyek. Dengan demikian seorang manajer proyek dituntut untuk dapat mengelola waktu proyek sebaik-baiknya dalam rangka keberhasilan proyek. Dilihat dari fase proyek, penerapan manajemen waktu proyek lebih banyak diterapkan pada fase Planning dan selebihnya pada fase controlling. Kagiatan manajemen waktu proyek pada fase planning meliputi : Mendefinisikan Aktivitas, Pengurutan Aktivitas, Estimasi Lama Aktivitas, dan Penyusunan Jadwal Proyek. Sedangkan pada fase controlling kegiatannya adaah Pengendalian Jadwal Proyek.
Pengurutan Aktivitas (Activity Sequencing)
Setelah mendefinisikan aktivitas proyek, langkah berikutnya adalah membuat urutan aktivitas yang merupakan detil dari WBS, detil deskripsi produk, asumsi dan batasan-batasan untuk menentukan hubungan antar aktivitas. Termasuk dalam hal ini penjelasan tentang ketergantungan dan perbedaan bentuk ketergantungan. Ketergantungan dan hubungan akan menentukan urut-urutan aktvitas. Misalnya apakah mulainya satu aktivitas harus menunggu aktivitas lain selesai ? Apakah beberapa aktivitas dapat berjalan bersamaan ? apakah beberapa aktivitas saling overlap ? Ketergantungan atau hubungan antar aktivitas merupakan bahan dasar dalam menyusun penjadwalan proyek. Terdapat 3 (tiga) aturan dasar dalam menyusun urutan aktivitas. 
1.      Ketergantungan Mandatori (Mandatory Dependencies) ; ketergantungan yang tidak dapat dipisahkan antar aktivitas/pekerjaan. 
2.      Ketergantungan Lepas (Discretionary Dependencies) ; ketergantungan yang ditentukan oleh tim proyek. 
3.      Ketergantungan Eksternal (External Dependencies) ; ketergantungan antara aktivitas proyek dengan aktivitas non proyek. 
Berdasarkan identifikasi (definisi) aktivitas, dan saling ketergantungannya ini, maka akan memudahkan tim proyek dalam menyusun urutan pekerjaan pada proyek yang pada akhirnya diwujudkan dalam bentuk penjadwalan proyek. Alat bantu yang biasanya digunakan dalam menyusun urutan aktivitas salah satunya adalah : Diagram Jaringan Proyek (Project Network Diagrams) dan Precedence Diagramming Method (PDM). 







5.1.   Alasan alas an analisis penggantian
Sebuah keputusan yang seringkali dihadapi oleh perusahaan maupun organisasi pemerintah adalah apakah aset yang ada saat ini harus dihentikan dari penggunaannya, diteruskan setelah dilakukan perbaikan, atau diganti dengan aset baru. Oleh karena itu, masalah penggantian (replacement problem) memerlukan analisis ekonomi teknik yang sangat hati-hati agar dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan logis yang selanjutnya dapat memperbaiki efisiensi operasi serta posisi persaingan perusahaan.
Kadang-kadang analisis ini berupa pertanyaan mengenai apakah kita harus menghentikan penggunaan sebuah aset tanpa dilakukan penggantian (abandonment) atau apakah kita tetap mempertahankan aset tersebut sebagai cadangan (back-up) daripada sebagai penggunaan utama. Keputusan dapat berupa pertanyaan apakah keharusan perubahan tersebut dapat dipenuhi dengan memperbesar kapasitas atau kemampuan aset yang sudah ada saat ini atau apakah harus mengganti aset yang ada saat ini (aset lama), yang secara deskriptif sering disebut sebagai defender, dengan sebuah aset baru. Satu atau lebih alternatif aset pengganti (baru) kemudian disebut sebagai penantang (challenger).

ALASAN-ALASAN ANALISIS PENGGANTIAN
Empat alasan utama yang meringkas sebagian besar penyebab penggantian aset adalah sbb:

1. Kerusakan (pemburukan) fisik : adalah perubahan yang terjadi pada kondisi fisik aset. Biasanya, penggunaan berlanjut (penuaan) akan menyebabkan pengoperasian sebuah aset menjadi kurang efisien.
2. Keperluan perubahan : aset modal (capital aset) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat memenuhi keinginan manusia. -> kategori lain dari keusangan (obsolescence)
3. Teknologi : Dampak perubahan teknologi terhadap berbagai jenis aset akan berbeda-beda. Contoh : peralatan manufaktur terotomatisasi. -> kategori lain dari keusangan (obsolescence)
4. Pendanaan : Faktor keuangan melibatkan perubahan peluang ekonomi eksternal terhadap operasi fisik atau penggunaan aset dan akan melibatkan pertimbangan pajak. Contoh : menyewa (mengontrak) aset mungkin akan lebih menarik daripada memiliki aset tersebut. -> dapat dianggap sebagai bentuk keusangan (obsolescence)

Umur ekonomi (economic life) adalah periode waktu (tahun) yang menghasilkan equivalent uniform annual cost (EUAC) minimum dari kepemilikan dan pengoperasian sebuah aset.
Umur kepemilikan (ownership life) adalah periode antara tanggal perolehan dan tanggal “pembuangan” (disposal) oleh seorang pemilik. Contoh : sebuah mobil dapat berfungsi sebagai kendaraan keluarga utama untuk beberapa tahun dan kemudian berfungsi sebagai angkutan lokal untuk beberapa tahun kemudian.
Umur fisik (physical life) adalah periode antara perolehan awal dan pelepasan (pembuangan) akhir sebuah aset selama rangkaian kepemilikannya. Contoh : mobil yang baru saja digambarkan dapat memiliki beberapa pemilik selama keberadaannya.
Masa manfaat (useful life) adalah periode waktu (tahun) selama sebuah aset berada dalam masa produktif (baik sebagai aset utama maupun cadangan). Masa manfaat adalah estimasi seberapa lama sebuah aset diharapkan dapat dimanfaatkan dalam perdagangan atau bisnis untuk menghasilkan pendapatan.
5.2.   Faktor factor yang Harus dipertimbangkan dalam Analisis Penggantian
Kesalahan hasil analisis akan sangat membahayakan keputusan yang logis, sehingga ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam analisis penggantian :
1. Kesalahan estimasi masa lalu

Setiap kesalahan estimasi yang dibuat pada analisis sebelumnya terhadap aset lama tidaklah relevan (kecuali terdapat implikasi pajak penghasilan). Contoh : ketika nilai buku (BV) sebuah aset lebih besar daripada nilai pasar (MV) masa sekarangnya, perbedaannya seringkali dianggap sebagai sebuah kesalahan estimasi. ‘Kesalahan’ tersebut juga timbul ketika kapasitas tidak lagi mencukupi, biaya pemeliharaan lebih tinggi dari yang diantipasi dst.
Faktanya adalah bhw kerugian tsb telah terjadi, mampu atau tidak mampu ditanggung, dan kerugian ini tetap timbul tanpa melihat apakah penggantian dilakukan atau tidak.
2. Perangkap Sunk Cost (Biaya Tertanam)

Jika pajak dilibatkan, kita harus memasukkan sunk cost ke dalam analisis ekonomi teknik. Kesalahan serius dapat terjadi dalam praktek jika sunk cost ditangani secara tidak tepat dalam.
Sunk cost (yaitu MV-BV<0) berkaitan dengan mempertahankan aset lama tidak harus ditambahkan pada harga pembelian alternatif terbaik yang ada. Kesalahan ini akan menghasilkan hasil akhir yang tidak tepat yang menguntungkan alternatif mempertahankan aset lama.
3. Nilai investasi aset lama dan pandangan pihak luar (outsider viewpoint)

“Titik pandang pihak luar (outsider viewpoint)” untuk memperkirakan jumlah investasi aset lama (defender). Outsider Viewpoint adalah perspektif pihak ketiga yang netral dalam menetapkan MV sebuah aset bekas secara wajar (fair). Titik pandang ini mendorong analis untuk memfokuskan pada arus kas saat ini dan masa datang, sehingga menghindari godaan untuk memikirkan biaya masa lalu.
MV saat ini yang dapat dicapai (dimodifikasi oleh pengaruh pajak penghasilan) adalah jumlah investasi yang tepat untuk ditetapkan terhadap aset yang ada saat ini dalam analisis penggantian. Salah satu cara membenarkan hal ini adalah dengan menggunakan biaya peluang (opportunity cost) atau prinsip peluang yang hilang (opportunity forgone principle). Artinya, jika diputuskan untuk tetap mempertahankan aset yang ada saat ini, kita melepaskan peluang untuk memperoleh MV neto yang dapat dicapai pada waktu tersebut. Jadi, hal ini menggambarkan opportunity cost mempertahankan aset lama (defender).
Jika terdapat pengeluaran investasi baru, misalnya untuk pemeriksaan dan perbaikan aset lama sehingga dapat bersaing dengan penantang (aset pengganti), maka dalam analisis penggantian, pengeluaran ini harus ditambahkan pada MV yang dapat dicapai saat ini untuk menentukan investasi total aset lama.
Ketika menggunakan outsider viewpoint, total investasi aset lama adalah opportunity cost dari tidak menjual aset yang ada saat ini untuk memperoleh MV-nya, plus biaya memperbaikinya sehingga dapat bersaing dengan penantang terbaik (semua aset baru yang layak dipertimbangkan).
MV aset lama tidak harus dikurangi dari harga pembelian aset pengganti ketika menggunakan outsider viewpoint untuk menganalisis masalah penggantian. Kesalahan ini akan menggandakan MV aset lama dan membiaskan perbandingan yang menguntungkan aset pengganti.
5.3.   Masalah Penggantian Yang Khas
Contoh dibawah ini diselesaikan dengan metode berbasis sebelum pajak. Setelah itu dilakukan analisis dengan metode berbasis setelah pajak dengan menggunakan sistem penyusutan umum (GDS) MACRS untuk pompa baru (penantang). Sedangkan penyusutan pompa lama dilanjutkan berdasarkan sistem penyusutan alternatif (ADS) MACRS, yang dipilih pada saat aset tersebut mulai digunakan. Kedua analisis menggunakan Outsider viewpoint untuk menentukan investasi dalam pompa lama jika tidak diganti dengan pompa baru.
Contoh 2 :
Manajer sebuah perusahaan pembuat karpet sedang memikirkan operasi sebuah pompa utama pada salah satu alur proses pencairan. Setelah membahas masalah ini dengan supervisor plant engineering, mereka memutuskan untuk melakukan analisis penggantian. Mereka juga memutuskan untuk menggunakan sembilan tahun periode analisis yang dianggap sangat tepat untuk situasi ini. Perusahaan memiliki MARR 10% per tahun untuk investasi modal proyek sebelum pajak, dan 6% per tahun setelah pajak. Tarif pajak penghasilan sebesar 40%.
Pompa lama, katakanlah pompa A, termasuk motor penggerak dengan pengendali terpusat, memerlukan biaya $17.000 pada lima tahun lalu. Periode pemulihan ADS pompa ini, jika digunakan pada fasilitas pabrik karpet, adalah sembilan tahun. Catatan akuntansi memperlihatkan bahwa telah dilakukan penyusutan berdasarkan metode garis lurus dengan ketentuan setengah tahun.
Beberapa masalah telah terjadi pada pompa A, termasuk penggantian terhadap alat pendorong dan bantalan poros, dengan biaya $1.750 per tahun. Biaya operasi dan pemiliharaan (O&M) tahunan telah dirata-ratakan sebesar $3.250. Biaya asuransi dan pajak properti sebesar 2% dari investasi modal awal. Pompa tersebut nampaknya masih dapat dipergunakan selama sembilan tahun berikutnya jika pemeliharaan dan reparasi yang dilakukan saat ini terus dilanjutkan. Jika pompa ini masih dapat terus dipergunakan, maka setelah sembilan tahun nanti MV-nya kira-kira akan sebesar $200.
Selain alternatif melanjutkan penggunaan pompa lama, terdapat alternatif lain yaitu menjual pompa tersebut secepat mungkin dan membeli sebuah pompa jenis baru. Harga pompa baru tersebut, katakanlah B, adalah $16.000. Nilai pasar sebesar $750 dapat diperoleh dari pompa lama. Kelas umur sembilan tahun (kelas properti MACRS lima tahun) dapat diterapkan pada pompa baru berdasarkan GDS. Perkiraan nilai pasar pada akhir tahun kesembilan akan sebesar 20% dari investasi modal awal. Biaya O&M untuk pompa baru diperkirakan sebesar $3.000 per tahun. Pajak tahunan dan asuransi akan berjumlah 2% dari investasi modal awal
Jawaban :
Pompa lama A
Investasi modal ketika dibeli 5 tahun lalu                                                      -$17.000
Kelas umur (dan periode pemulihan ADS)                                         9 tahun
Biaya tahunan :
            Penggantian pendorong dan bantalan poros               -$1.750           
            Biaya operasi dan pemeliharaan                                  -$3.250
            Pajak dan asuransi : $17.000x2%                               -$   340
                                                                                                                        -$  5.340
Nilai pasar saat ini                                                                                 $     750
Perkiraan nilai pasar akhir tahun ke sembilan berikutnya                   $     200
Nilai buku saat ini : $17.000 (1-(1/2)(1/9)-4(1/9))                               $  8.500

Pompa baru B
Investasi modal                                                                                               -$16.000
Kelas umur                                                                                          9 tahun
Kelas properti MACRS                                                                                  5 tahun
Perkiraan nilai pasar pd akhir th ke-9 : $16.000x20%                        $  3.200
Biaya tahunan : Operasi dan pemeliharaan                 -$3.000
                                Pajak dan asuransi : $16.000x2%           -$   320
                                                                                                                        -$3.320
Tarif pajak penghasilan efektif = 40%
MARR (sebelum pajak) = 10%
MARR (setelah pajak) = 6%

Analisis sebelum pajak.
Berdasarkan outsider viewpoint, jumlah investasi aset lama ini akan sebesar MVnya saat ini yaitu $750; yakni opportunity cost dari mempertahankan aset lama. Jumlah investasi pada pompa A mengabaikan harga pembelian awal sebesar $17.000
Analisis ekuivalen nilai tahunan (equivalent annual worth-AW) pompa A dan pompa B
Periode studi : 9 tahun                                                Pertahankan    Penggantian
                                                                                    Pompa A         dengan pompa B
AW (10%)
Biaya                                                               -$5.340                        -$3.320
Biaya pemulihan modal :
-($750-$200)(A/P,10%,9) - $200(0,10)                      -$   115
-($16.000-$3.200)(A/P,10%,9)-$3.200(0,10)                                     -$2.542
                                                                                    -$5.455                        -$5.862

Karena pompa A memiliki nilai AW negatif yang paling kecil (-$5.455>-$5.862), penggantian pompa tidak dibenarkan, dan aset lama harus tetap dipertahankan setidaknya satu tahun lagi.
Analisis setelah pajak.
Perhitungan ATCF aset lama (pompa A):
Akhir tahun, k
(A)
BTCF
(B)
Penyusutan MACRS (ADS)
(C)=(A)-(B)
Penghasilan kena pajak
(D)=-0,4(C )
penghasilan 40%
(E)=(A)+(D)
ATCF
0
(-)$750
MV
Tidak ada
(+)-$7.750
MV-BV
(-)+$3.100
-0,4(MV-BV)
(-)$3.850
0,6MV+0,4BV
1-4
-5.340
$1.889
= 17.000(1/9)
-7.229
+2.892
-2.448
5
-5340
$944
=17.000(1/2)(1/9)
-6284
+2.514
-2.826
6-9
-5.340
0
-5.340
2.136
-3.204
9
200

200(*)
-80
+120
(*) Keuntungan dari pembuangan aset (terkena pajak 40%)

Perhitungan ATCF aset pengganti (Pompa B) :
Akhir tahun, k
(A)
BTCF
(B)
Penyusutan MACRS (GDS)
(C )=(A)-(B)
Penghasilan kena pajak
(D)= -0,4(C )
Pajak penghasilan 40%
(E)=(A)+(D)
ATCF
0
-$16.000



-$16.000
1
-3.320
$3.200
=16.000x0,2
-$6.520
+2.608
-712
2
-3.320
5.120
=16.000x0,32
-8.440
+3.376
+56
3
-3.320
$3.072
=16.000x0,192
-6.392
+2.557
-763
4
-3.320
$1.843
=16.000x0,1152
-5.163
+2.065
-1.255
5
-3.320
$1.843
-5.163
+2.065
-1.255
6.
-3.320
922
=16.000x0,0576
-4.242
+1.697
-1.623
7-9
-3.320
0
-3.320
+1.328
-1.992
9
+3.200

+3.200(*)
-1.280
+1.920
(*) : Keuntungan dari pembuangan aset (terkena pajak 40%)

AW (6%) pompa A = -$3.850(A/P,6%,9) - $2.448(P/A,6%,4)(A/P,6%,9) –
[$2.826(F/P,6%,4)+$3.204(F/A,6%,4)-120](A/F,6%,9)
 = -$3.333
AW (6%) pompa B = -$16.000(A/P,6%,9) – [$712(P/F,6%,1)-$56(P/F,6%,2)
+$763(P/F,6%,3)+$1.255(P/F,6%,4)+$1.255(P/F,6%,5)
+$1.623(P/F,6%,6)+$1.992(P/F,6%,7)+$1.992(P/F,6%,8)
+$1.992(P/F,6%,9)](A/P,6%,9)
= -$3.375
Oleh karena AW kedua pompa hampir sama, pertimbangan lain, seperti keterandalan pompa baru yang lebih baik, dapat mengurangi preferensi ekonomi pompa A. Biaya tahunan setelah pajak dari kedua alternatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan biaya tahunan sebelum pajak.
5.4.   Alur Keputusan Penggantian Yang Khas



1.1.   Menentukan umur ekonomi asset baru dan lama

Ekonomi Aset baru
Sangat penting mengetahui umur ekonomi, EUAC minimum dan total biaya tahun demi tahun atau biaya tambahan untuk aset baru maupun aset lama sehingga keduanya dapat dibandingkan berdasarkan evaluasi terhadap umur ekonomi dan biaya yang paling hemat keduanya.
Untuk sebuah aset baru, umur ekonominya dapat dihitung jika investasi modal,biaya tahunan dan nilai pasar per tahun diketahui atau dapat diestimasi.
  1. Analisis sebelum pajak
PWk (i%) = I – MVk (P/F,i%,k) + SEj (P/F,i%,j)
TCk (i%) = MVk-1 – MVk + iMVk-1 + Ek

Contoh
Sebuah truk forklift baru akan memerlukan investasi sebesar $20.000 dan diharapkan memiliki nilai pasar akhir tahun serta biaya tahunan seperti diperlihatkan pada tabel dibawah ini. Jika MARR sebelum pajak adalah 10% per tahun, berapa lama aset tersebut harus dipertahankan kegunaannya?
Jawab :
Penentuan umur ekonomi N sebelum pajak aset baru :
(1)



Akhir tahun,k
Biaya penggunaan pada tahun, k
EUAC tahun k
(2)

MV, akhir tahun, k
(3)

Penyusutan aktual selama tahun, k
(4)

Biaya modal = 10% dari MV awal tahun
(5)

Biaya tahunan (Ek)
(6) = (3)+(4)+(5)
Total biaya (marginal) tahun k (TCk)
(7)

EUACk=[STCj(P/F,10%,j)](A/P,10%,k)
0
$20.000
-
-
-
-
-
1
15.000
$5.000
=20.000-15.000
$2.000
= 20.000x0,1
$2.000
$9.000
$9.000
2
11.250
3.750
=15.000-11.250
1.500
= 15.000x0,1
3.000
8.250
8.643
3
8.500
2.750
=11.250-8500
1.125
=11.250x0,1
4.620
8.495
8.600
® EUAC minimum (N*=3)
4
6.500
2.000
=8500-6500
850
=8500x0,1
8.000
10.850
9.082
5
4.750
1.750
=6500-4750
650
=6.500x0,1
12.000
14.400
9.965

Asumsi : semua arus kas terjadi pada setiap akhir tahun.
Kolom 3 : Penyusutan aktual untuk setiap tahun adalah perbedaan antara nilai pasar awal dan akhir tahun. Penyusutan untuk masalah ini tidak dihitung berdasarkan metode formal namun didasarkan pada hasil kekuatan ekspektasi pasar.
Kolom 4 : Opportunity cost modal pada tahun k adalah 10% dari modal yang tidak direcover (diinvestasikan dalam aset) pada awal masing-masing tahun.
Kolom 7 : Equivalent uniform annual cost (EUAC) yang akan timbul setiap tahun jika aset tersebut dipertahankan penggunaannya sampai tahun k, dan selanjutnya digantikan pada akhir tahun. EUAC minimum terjadi pada akhir tahun N*. ® Pada aset disini memiliki EUAC minimum jika dipertahankan kegunaannya hanya selama tiga tahun (yaitu N*=3).
EUAC2 (10%)= $20.000(A/P,10%,2)-$11.250(A/F,10%,2) + [$2.000(P/F,10%,1)
+ $3.000(P/F,10%,2)](A/P,10%,2)
 = $8.643

  1. Analisis setelah pajak
PWk (i%) = I + S[(1-t)Ej – tdj ](P/F,i%,j)-[(1-t)MVk + t(BVk )](P/F,i%,k)

Melalui perhitungan ini akan diketahui PW dari ATCF tahun k, PWk, berdasarkan analisis setelah pajak dengan :
(1)     menambahkan investasi modal awal (PW besarnya investasi jika terjadi setelah waktu nol) dan jumlah PW setelah pajak dari biaya tahunan sampai tahun k, termasuk penyesuaian jumlah penyusutan tahunan (d)
(2)     Menyesuaikan total PW biaya setelah pajak dengan keuntungan atau kerugian setelah pajak dari pembuangan aset pada akhir tahun k.

Total biaya marginal setelah pajak pada setiap tahun k :
TCk (i%) = (1-t)(MVk-1 – MVk + iMVk-1 + Ek) + i(t)(BVk-1)


Ekonomi asset Lama
Jika tidak ada MV aset lama saat ini atau nanti (dan tidak ada pengeluaran untuk perbaikan) dan jika biaya operasi aset lama diperkirakan akan meningkat setiap tahun, maka sisa umur ekonomi yang menghasilkan EUAC paling kecil akan satu tahun.
Jika MV lebih besar dari nol dan diharapkan menurun dari tahun ke tahun, maka perlu dilakukan perhitungan sisa umur ekonomi.
Penundaan (postponement) umumnya diartikan sebagai penundaan keputusan mengenai kapan akan melakukan penggantian, bukan mengenai keputusan untuk menunda penggantian sampai tanggal masa datang tertentu.

Contoh
Misalnya ingin diketahui berapa lama sebuah truk forklift harus dipertahankan kegunaannya sebelum diganti dengan truk forklift baru yang data-datanya diberikan pada contoh 3. Truk lama dalam kasus ini sudah berusia dua tahun, yang dibeli dengan biaya $13.000 dan memiliki MV yang dapat dicapai saat ini (realizable MV) sebesar $5.000. Jika dipertahankan, nilai pasar dan biaya tahunannya diperkirakan akan seperti berikut :

Akhir tahun k
MV akhir tahun k
Biaya tahunan, Ek
1
$4.000
$5.500
2
3.000
6.600
3
2.000
7.800
4
1.000
8.800

Tentukan periode paling ekonomis untuk tetap mempertahankan aset lama sebelum menggantinya dengan aset pengganti yang ada pada contoh 3. Biaya modal adalah 10% per tahun.




Jawaban :
Penentuan umur ekonomi aset lama
(1)
Akhir tahun, k
(2)
Penyusutan aktual selama tahun k
(3)
Biaya modal = 10% dari MV awal tahun (*)
(4)
Biaya tahunan (Ek)
(5)
Total biaya (marjinal) atau tahun (TCi)
=(2)+(3)+(4)
(6)
EUAC sampai tahun k
1
$1.000
$500
$5.500
$7.000
$7.000
2
1.000
400
6.600
8.000
7.474
3
1.000
300
7.800
9.100
7.966
4
1.000
200
8.800
10.000
8.406
(*) tahun satu berdasarkan MV yang dapat dicapai sebesar $5.000

Perhatikan bahwa EUAC minimum sebesar $7.000 berkaitan dengan mempertahankan aset lama satu tahun lagi. Namun, biaya marjinal mempertahankan truk untuk tahun kedua adalah sebesar $8.000, yang masih tetap lebih kecil dari EUAC minimum aset pengganti (yaitu $8.600 dari contoh 3). Biaya marjinal untuk mempertahankan aset lama pada tahun ketiga dan tahun selanjutnya lebih besar dari $8.600 EUAC minimum truk baru. Berdasarkan data yang ada saat ini, paling ekonomis untuk mempertahankan aset lama selama dua tahun lagi dan selanjutnya menggantinya dengan aset baru.
1.2.   Perbandingan asset lama dengan yang baru

Situasi ketiga terjadi ketika masa manfaat aset pengganti terbaik dan aset lama diketahui, atau dapat diestimasi, namun tidak memiliki nilai yang sama.
Ketika asumsi berulangan (repeatability) tidak dapat diterapkan, asumsi berakhir bersamaan (coterminated) dapat digunakan; asumsi ini menggunakan periode studi terbatas untuk semua alternatif. Jika pengaruh inflasi akan dilibatkan dalam analisis penggantian, dianjurkan untuk menggunakan asumsi coterminated.
Contoh
Andaikan kita dihadapkan pada masalah penggantian yang sama dengan contoh 5, kecuali bahwa periode masa manfaat yang dibutuhkan adalah (a) tiga tahun atau (b) empat tahun. Artinya, periode analisis terbatas dengan menggunakan asumsi coterminated digunakan. Untuk setiap kasus tersebut, alternatif mana yang harus dipilih?
Jawaban :
(a)    Untuk perencanaan tiga tahun, secara intuitif kita akan berpikir apakah aset lama harus dipertahankan tiga tahun lagi ataukah harus segera diganti dengan aset baru untuk digunakan tiga tahun kemudian. EUAC aset lama untuk tiga tahun adalah $7.966 dan EUAC aset baru untuk tiga tahun adalah $8.600. Berdasarkan hal ini, aset lama akan dipertahankan selama tiga tahun. Namun, ini tidaklah tepat. Dengan memfokuskan pada kolom “total biaya (marginal)”, kita dapat melihat bahwa aset lama memiliki biaya paling rendah pada dua tahun pertama, tetapi pada tahun ketiga aset lama ini memiliki biaya sebesar $9.100; sedangkan biaya tahun pertama aset pengganti adalah $9.000. Dengan demikian, akan lebih ekonomis untuk mengganti aset lama setelah tahun kedua. Kesimpulan ini dapat dibuktikan dengan menghitung semua kemungkinan penggantian dan biayanya yang terkait, untuk selanjutnya menghitung EUAC masing-masing.
(b)   Untuk rentang perencanaan empat tahun, alternatif-alternatif tersebut beserta biaya-biayanya yang terkait untuk masing-masing tahun dan EUACnya ada dalam tabel dibawah ini
Penentuan kapan untuk mengganti aset lama dengan rentang rencana empat tahun
Pertahankan aset lama untuk
Pertahankan aset baru untuk
Biaya total (marjinal) untuk setiap tahun
EUAC pada 10% untuk 4 tahun
1
2
3
4
0 tahun
4 tahun
-$9.000
-$8.250
-$8.495
-$10.850
-$9.082
1
3
-7.000
-9.000
-8.250
-8.495
-8.301
2
2
-7.000
-8.000
-9.000
-8.250
-8.005 ® negatif terkecil
3
1
-7.000
-8.000
-9.100
-9.000
-8.190
4
0
-7.000
-8.000
-9.100
10.000
-8.406

Jadi, alternatif paling ekonomis adalah mempertahankan aset lama selama dua tahun lagi kemudian menggantinya dengan aset baru, untuk dipertahankan dua tahun kemudian.

Jika analisis penggantian melibatkan aset lama yang tidak dapat lagi digunakan akibat perubahan teknologi, keharusan perbaikan, dst, maka pilihan diantara dua atau lebih alternatif harus dibuat.
1.3.   Penghentian tanpa penggantian
Jika biaya peluang modal (opportunity cost of capital) i% per tahun, apakah proyek tersebut harus dilakukan? Tahun kapankah paling baik untuk membebaskan (abandon) proyek jika kita memutuskan untuk melaksanakan proyek tersebut?
Untuk ini dapat diterapkan asumsi :
  1. Setelah investasi modal dilaksanakan, perusahaan akan menunda keputusan untuk membebaskan proyek sepanjang nilai ekuivalennya (equivalent worth) tidak menurun.
  2. Proyek akan dihentikan pada waktunya yang paling baik dan tidak akan dilakukan penggantian.

Menyelesaikan masalah pembebasan (abandonment) sama dengan menentukan umur ekonomi sebuah aset. Namun dalam masalah pembebasan terdapat keuntungan tahunan (arus kas masuk), sedangkan analisis umur ekonomi lebih didominasi oleh biaya (arus kas keluar).

Contoh
Sebuah mesin pengepak/pembungkus kertas daur ulang sedang dipertimbangkan oleh perusahaan XYZ. Pendapatan tahunan setelah pajak dikurangi biaya-biaya proyek telah dihitung. Demikian pula nilai pembebasan setelah pajak (after-tax abandoment value) mesin pada akhir masing-masing tahun.


Akhir tahun
0
1
2
3
4
5
6
7
Pendapatan tahunan (setelah pajak) dikurangi biaya
-$50.000a
$10.000
$15.000
$18.000
$13.000
$9.000
$6.000
$5.000
Nilai pembebasan mesinb
-
40.000
32.000
25.000
21.000
18.000
17.000
15.000
a Investasi modal
b Estimasi nilai pasar
MARR perusahaan setelah pajak adalah 12% per tahun. Kapan waktu terbaik untuk membebaskan mesin jika perusahaan telah siap memutuskan untuk menggunakan mesin tersebut dan menggunakannya tidak lebih dari tujuh tahun?
Jawaban :
Mempertahankan mesin selama satu tahun :
      AW1(12%) = -$50.000(A/P,12%,1)+($40.000+$10.000)(A/F,12%,1)
                         = -$6.000
Mempertahankan mesin selama dua tahun :
      AW2(12%) = [-$50.000+$10.000(P/F,12%,1)+($15.000+$32.000)(P/F,12%,2)]
(A/P,12%,2)
                         = -$2.132
Mempertahankan mesin selama tiga tahun :
      AW3(12%) = [-$50.000+$10.000(P/F,12%,1)+$15.000(P/F,12%,2)
+($18.000+$25.000)(P/F,12%,3)](A/P,12%,3)
= $622
Mempertahankan mesin selama empat tahun :
AW4(12%) = [-$50.000+$10.000(P/F,12%,1)+$15.000(P/F,12%,2)
+$18.000(P/F,12%,3)+($13.000+$21.000)(P/F,12%,4)](A/P,12%,4)
= $1.747
Mempertahankan mesin selama lima tahun :
      AW5(12%) = [-$50.000+$10.000(P/F,12%,1)+$15.000(P/F,12%,2)
+$18.000(P/F,12%,3)+$13.000(P/F,12%,4)+($9.000+$18.000)
(P/F,12%,5)](A/P,12%,5)
= $2.020
Mempertahankan mesin selama enam tahun :
AW6(12%) = [-$50.000+$10.000(P/F,12%,1)+$15.000(P/F,12%,2) +$18.000(P/F,12%,3)+$13.000(P/F,12%,4)+$9.000(P/F,12%,5) +($6.000+$17.000)(P/F,12%,6)](A/P,12%,6)
= $2.121
Mempertahankan mesin selama tujuh tahun :
AW7(12%) = [-$50.000+$10.000(P/F,12%,1)+$15.000(P/F,12%,2) +$18.000(P/F,12%,3)+$13.000(P/F,12%,4)+$9.000(P/F,12%,5) +$6.000(P/F,12%,6)+($5.000+$15.000)(P/F,12%,7)](A/P,12%,7)
= $2.006
Jadi, nilai AW akan maksimum dengan mempertahankan mesin selama enam tahun, yang merupakan waktu terbaik untuk membebaskan mesin.

Dalam beberapa kasus, manajemen memutuskan bahwa meskipun penggunaan utamanya akan dihentikan, namun aset yang ada saat ini tidak akan diganti atau dihapus sama sekali dari penggunaannya. Meskipun aset lama secara ekonomis tidak dapat bersaing lagi, namun tetap akan diinginkan bahkan lebih ekonomis untuk tetap dipertahankan sebagai cadangan atau untuk penggunaan yang berbeda. Biaya untuk mempertahankan aset lama berdasarkan kondisi seperti itu akan cukup rendah, karena MVnya yang lebih relatif rendah dan mungkin biaya tahunan yang juga rendah.
Aset pengganti terbaik yang tersedia harus ditentukan. Kegagalan untuk melakukan hal ini menggambarkan praktek engineering yang tidak dapat diterima.
Setiap kelebihan kapasitas, keterandalan, fleksibilitas, keamanan dan seterusnya dari aset pengganti akan memiliki nilai bagi pemilik dan harus diklaim sebagai keuntungan dalam nilai uang jika estimasi dalam nilai uang dapat dilakukan. Jika sebaliknya, nilai ini akan dianggap sebagai keuntungan yang bersifat nonmoneter.





inash.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3505/ANALISIS+PENGGANTIAN.doc








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Smart Parking Counter Berbasis Arduino UNO

Pengenalan Ekonomi Teknik

MASALAH LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI